Penyelesaian Sengketa Perbuatan Melanggar Hukum Pemerintah di Peradilan Administrasi

Penyelesaian Sengketa Perbuatan Melanggar Hukum Pemerintah di Peradilan Administrasi
Penulis : Dr. Ridwan, SH., M.Hum.
ISBN : 978-623-09-0935-1
Penerbit : Laksbang Akademika Yogyakarta
Cetakan I: November 2022
Deskripsi : x, 170 hlm.; 16×23 cm
Harga : Rp 72.000 (POD)

Sinopsis

Aktifitas pemerintah yang begitu luas dan beragam dalam menjalankan urusan pemerintahan di berbagai bidang, acapkali menimbulkan kerugian begi seseorang atau badan hukum perdata, baik akibat dari tindakan faktual maupun perbuatan melanggar hukum. Pihak yang dirugikan dapat menuntut ganti rugi melalui Peradilan Administrasi, dan pada prinsipnya pemerintah dibebani tanggung jawab untuk memberikan ganti rugi secara proporsional atas dasar putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Pemerintah dapat dibebaskan dari kewajiban memberikan ganti rugi, jika aktifitas yang dilakukannya itu dalam rangka untuk kepentingan umum. Sesuai dengan asas “hak milik berfungsi sosial”, yang menunjukkan filosofi bangsa ini bukan individualisme dan bukan pula sosialisme, tetapi keseimbangan, konsepsi kewajiban merelakan (duldplicht) atau pembatasan penggunaan pemilik (belemmering) kiranya sangat relevan untuk dinormakan dalam relasi pemerintah dengan warga negara.

Karya sederhana ini kiranya dapat menjadi sumbangsih bagi bangsa dan negara ini, dapat dimanfaatkan oleh para pejabat dan para hakim PTUN, serta bahan diskusi bagi para mahasiswa dan masyarakat umum.

Pluraslime Agama

PLURALISME AGAMA: Dari Pandangan Hidup ke Praktik Kehidupan
Penulis : Hamid Fahmy Zarkasyi, [et al]
Editor : Harda Armayanto
ISBN : 978-623-99845-1-9
Penerbit : CIOS UNIDA Gontor
Cetakan : I, Oktober 2022
Deskripsi : xiv, 239 hlm.; 13×19 cm
Harga : Rp 54.900

Sinopsis

Buku ini, dengan judul Pluralisme Agama: Dari Pandangan Hidup ke Praktik Kehidupan, menguak itu semua. Diberi judul demikian sebab pluralisme agama yang lahir dari rahim sejarah kelam masyarakat Barat dengan agamanya ketika berhadapan dengan pluralitas, dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi worldview atau pandangan hidup, dan dipaksakan untuk diimplementasikan dalam balutan pendekatan dan advokasi ke dalam rumah tangga Islam. Ajaran Islam dan praktik-praktik keagamaannya direduksi, didistorsi, dan bahkan didekonstruksi karena dinilai tak sesuai dengan semangat kerukunan dan HAM. Pluralisme berhadapan atau dihadapkan secara vis a vis dengan Islam dalam bentuk yang antagonistis dan bahkan bentuk pertarungan. Ajaran spiritual dan moral Islam tidak dihiraukan. Walhasil, pluralisme agama, alih-alih ingin merukunkan umat, malah memicu dan menciptakan konflik baru.

Filsafat Ilmu

SAINS ISLAM DALAM PEMIKIRAN SEYYED HOSSEIN NASR
Penulis : Dr. Mohammad Muslih, M.Ag. & Nur Akhda Sabila, M.Ag.
Editor : Muhammad Taqiyuddin, M.Ag.
ISBN : 978-979-567-060-5
Penerbit : LESFI Yogyakarta
Cetakan : I, Oktober 2022
Deskripsi : xii, 153 hlm.; 16×23 cm
Harga : Rp 72.000

Sinopsis

Tawaran penting dalam buku ini, sejatinya mencerminkan perspektif baru dalam melihat Sains Islam sebagai agenda dan fakta historis. Khususnya, karena buku yang berada di hadapan pembaca ini menawarkan pembacaan produktif, (atau qira’ah muntijah – dalam bahasa Nasr Hamid dan Abied al Jabiri) berbasis filsafat ilmu Imre Lakatos terhadap kemungkinan pengembangan sains Islam yang bukan sekedar ayatisasi atau integrasi. Melainkan dapat memposisikan narasi ‘Islamisasi Ilmu’ sebagai suatu ‘program riset’ yang bertanggungjawab dalam melahirkan produk sains yang Islami di masa depan nanti.
Ini tentu menjadi salah satu bagian dari kontribusi penulis, yakni assoc. Prof. Dr. Mohammad Muslih, M.Ag dan Nur Akhda Sabila, MAg. dalam melihat secara kritis perkembangan tradisi intelektual Islam di masa kini dari segi produktivitasnya; serta kemampuan responnya atas perkembangan sains modern. Upaya ini didukung dengan kerja keras keduanya dalam melihat kembali literatur karya Seyyed Hossein Nasr yang secara khusus menawarkan paradigma Sains Suci (Scientia Sacra) di era modern ini.

 

Pendidikan Antikekerasan Terhadap Anak

PENDIDIKAN ANTIKEKERASAN TERHADAP ANAK (Perspektif Spiritual)
Penulis : Indah Mardatilla & Waryani Fajar Riyanto
ISBN : 978-623-99614-2-8
Penerbit : Laksbang Yogyakarta
Cetakan I : Juli 2022
Deskripsi : lxiv, 325 hlm.; 16×23 cm.
Harga POD: Rp 156.000,-

Sinopsis

Budaya masyarakat telah beranjak dari masyarakat petani ke masyarakat industri, dan kini ke masyarakat informasi. Terbentuknya kultur dan struktur informasi yang menyajikan perilaku dan tindak kekerasan terhadap anak di suatu lembaga pendidikan (sekolah), antara lain disebabkan oleh pendangkalan nilai spiritualitas atau despiritualisasi pendidikan. Nilai-nilai spiritual yang berbasis visi kenabian (profetik) mulai tercerabut dari sistem pendidikan (Islam). Sementara itu, yang ditonjolkan adalah egoisitas relasi oposisi biner (senior-yunior) yang cenderung militeristik. Karena itu, paradigma bipolar harus dikubur dalam-dalam di lingkungan pendidikan sekolah dan diubah menjadi paradigma multipolar. Semua warga sekolah, orang tua, dan pemerintah pada dasarnya merupakan subjek-subjek pendidikan yang perlu saling bermitra, bekerjasama, dan bersinergi untuk merealisasikan tujuan pendidikan antikekerasan.
Ada tiga masalah pokok yang akan dikaji dalam buku ini: Pertama, bagaimanakah prinsip-prinsip dasar model pendidikan antikekerasan perspektif spiritual, yang dapat menghindarkan diri dari tindak dan perilaku kekerasan? Kedua, bagaimanakah membangun paradigma baru model pendidikan antikekerasan (antibullying) terhadap anak? Ketiga, bagaimanakah model-model kebijakan pendidikan antikekerasan (antibullying) terhadap anak yang seharusnya diambil oleh sekolah, orang tua, dan pemerintah?
Dalam bukunya yang berjudul Tarbiyyatuna ar-Ruhiyyah, Sa‘id Hawwa telah mendasarkan salah satu prinsip pendidikan spiritualnya kepada surat Ali ‘Imran (3) ayat 159. Sa‘id Hawwa menegaskan bahwa objek penelitian tentang jiwa terdiri atas: ruh (integralitas), qalb (spiritualitas), ‘aql (intelektualitas), nafs (emosionalitas), dan jasad (empirisitas). Pendidikan spiritual (tasawuf/tarekat) ala Sa‘id Hawwa memiliki tiga konsep dasar, yaitu: guru (syaikh), murid (abna’), dan kurikulum. Selain prinsip-prinsip pendidikan spiritual yang telah ditawarkan oleh Sa‘id Hawwa seperti tersebut di atas, pendidikan profetis-transendentalis ala Kuntowijoyo, yang mengajarkan antikekerasan, juga dapat dijadikan sebagai kerangka teori alternatif bagi gagasan tentang model pendidikan antikekerasan. Bedanya, jika Hawwa menggunakan istilah ruhiyyah, Kuntowijoyo menggunakan istilah transendental, maka penulis menggunakan istilah spiritual.
Ada tiga sumbangan keilmuan dalam buku ini: Pertama, menawarkan empat prinsip utama model pendidikan antikekerasan (antibullying), yaitu: prinsip humanisasi (rahmah); prinsip spiritualisasi (qalb); prinsip empati (fa‘fu’anhum); dan prinsip negosiasi (wa syawirhum). Kedua, menggagas paradigma baru model pendidikan antikekerasan (antibullying) terhadap anak yang penulis sebut sebagai paradigma pendidikan sufistik pentadik-integralistik. Ketiga, mengusulkan prinsip-prinsip kebijakan pendidikan antikekerasan (antibullying) terhadap anak yang terintegrasi di Indonesia, kepada ketiga pihak berikut ini, yaitu: sekolah, orang tua, dan pemerintah.

ILMU POLITIK

TEORI POLITIK DAN FENOMENA POLITIK
Penulis : Sobirin Malian & Muhammad Uhaib As’ad
ISBN : 978-623-09-0588-9
Terbitan : Laksbang Akademika Yogyakarta
Cetakan : I, 2022
Hlm./Uk. : xxiv+191, 16×23 cm
Harga POD : Rp 80.000

Sinopsis
Tidak dapat dibantah, bahwa sejak reformasi politik tahun 1998, geliat demokratisasi di Indonesia menghasilkan sejumlah persoalan politik, seperti masalah kepemimpinan politik dalam pemerintahan yang harus ditangani dengan baik, dalam arti telah menim bulkan implikasi negatif dan justru memecah ikatan kebhinekaan yang telah disepakati oleh para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu upaya untuk mencapai demokratisasi politik, yang diharapkan dapat mendorong tercapainya kesejahteraan memadai dan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, yang melalui penyelenggaraan pemerintahan di daerah yang lebih humanis, aspiratif terhadap kepentingan lokal namun tetap dalam koridor hukum dan keberadaan politik nasional.
Buku ini selain tetap memuat teori-teori politik untuk sebagiannya membahas persoalan politik yang terjadi di Indonesia saat ini, termasuk masalah kerusakan lingkungan akibat tidak hadirnya partai hijau dan seterusnya.
Membaca buku ini memang harus diiringin dengan komitmen bahwa masa depan kita (Indonesia) masih ada, hanya saja dunia perpolitikannya harus selalu dibenahi.

Studi Agama

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA
Penulis : Waryani Fajar Riyanto
ISBN : –
Penerbit : Laksbang Akademika Yogyakarta
Cetakan I : Oktober 2022

Harga : Rp 126.000,-

 

Sinopsis

Kajian, deskripsi dan analisa ini direkomendasikan agar penyusunan Raperpres Tentang Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat dapat digunakan sebagai landasan dan rujukan yang kokoh secara ilmiah.

Dalam rangka memperoleh input material yang lebih luas, diperlukan kegiatan-kegiatan lanjutan yang berjalan secara pararel dengan pembahasan Raperpres Tentang Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat ini. Pelibatan masyarakat secara lebih luas, kalangan perguruan tinggi, lintas kementerian dan lembaga, tokoh agama, majelis semua agama, tokoh masyarakat, LSM, lembaga swadaya masyarakat, media, dan lain-lain menjadi keharusan bagi penyempurnaan buku ini.

FILSAFAT ILMU

FILSAFAT ILMU INTEGRASI-INTERKONEKSI DALAM IMPLEMENTASINYA UNTUK PENELITIAN

Penulis : Dr. Waryani Fajar Riyanto, S.H.I., M.Ag.
ISBN : 978-623-09-0661-9
Penerbit : Laksbang Akademika Yogyakarta
Cetakan : I, Desember 2022
Deskripsi : lxxxvii, 242 hlm.; 15,5×23 cm
Harga POD : Rp 132.800

Sinopsis

Awalnya, hubungan antara sains (science) dan agama (religion) hanya mengambil dua bentuk, yaitu konflik dan integrasi. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan sains, dan adanya upaya untuk menghindari konflik, banyak pihak yang telah berusaha mencari model hubungan yang dianggap paling sesuai. Gerakan membangun hubungan harmonis antara sains dan agama—dengan penghubung filsafat—telah berkembang pesat sejak tahun 1990-an. Penjelasan tentang metode tersebut dikorelasikan dengan Alam (Kauniyah), sebab, ia diambil dari perbendaharaan ilmu alam tentang proses sirkulasi air hujan, misalnya; pilar abduktivikasi dapat dikorelasikan dengan Manusia (Nafsiyah), sebab cara berpikir abduktif adalah cara berpikir intersubjektivikasi, yang menekankan adanya contextsensitivity antar manusia; sedangkan pilar hermeneutisasi dapat dikorelasikan dengan pemahaman terhadap al-Qur’an (Qauliyah). Dengan demikian maka hubungan triadik dalam “SAH“, dapat dikoneksikan dengan hubungan trialektis antara (Sirkularisasi) Alam, (Abduktifikasi) Manusia, dan (Hermeneutisasi) al-Qur’an. Hubungan integratif disimbolkan oleh garis tegas (tanpa putusputus), sedangkan hubungan interkonektif disimbolkan oleh garis putus-putus. Hubungan kedua “etika“ trialektika tersebut berporos pada nilai-nilai tauhid–bedakan dengan konsep “Etika-Tauhidik“-nya M. Amin Abdullah–.

Modul dan Bahan Penelitian Integrasi-Interkoneksi Ilmu

MODUL DAN BAHAN PELATIHAN PENELITIAN INTEGRASI-INTERKONEKSI ILMU (Tesis dan Disertasi)
Penulis: Waryani Fajar Riyanto
ISBN : 978-623-7816-32-4
Penerbit : Suka Press & Pusat Inovasi dan Bisnis (PIB)
Cetakan I : Mei 2021
Deskripsi : xliv+590 hlm.; 16×23 cm.
Harga POD: Rp 253.000,-

Sinopsis

Selain untuk kepentingan penelitian dan akademik, integrasi-interkoneksi ilmu adalah prasyarat mewujudkan sikap keberagamaan yang intersubjektif. Sikap keberagamaan intersubjektif adalah prasyarat melahirkan sikap moderat dalam beragama. Dengan moderasi terwujudlah toleransi. Jadi, runtutan nalarnya adalah dari integrasi-interkoneksi ilmu terwujud sikap intersubjektifikasi, melahirkan berpikir moderasi, dan akhirnya terwujud toleransi. Di sisi lain, dalam perspektif kesadaran sejarah umat Islam, kita telah mengalami lima perkembangan sejarah: mitos, ideologi, ilmu, integrasi ilmu dan pandemi. Dari ilmu ke ideologi melahirkan gerak subjektifikasi (islamisasi ilmu). Sebaliknya, dari ideologi ke ilmu melahirkan gerak objektifikasi (ilmuisasi Islam). Langkah berikutnya dari ilmu ke integrasi ilmu melahirkan gerak intersubjektifikasi (integrasi interkoneksi keilmuan). Kini, umat Islam sedang melangkah dari era integrasi ke pandemi (Covid-19), inilah yang disebut gerak interobjektifikasi (teknologisasi, digitalisasi dan spiritualisasi). Buku ini memberikan pedoman penelitian berbagai jenis pergeseran gerak keilmuan tersebut, khususnya integrasi-interkoneksi. Insyaallah buku ini bermanfaat.