Menampilkan 3 Hasil

Pluraslime Agama

PLURALISME AGAMA: Dari Pandangan Hidup ke Praktik Kehidupan
Penulis : Hamid Fahmy Zarkasyi, [et al]
Editor : Harda Armayanto
ISBN : 978-623-99845-1-9
Penerbit : CIOS UNIDA Gontor
Cetakan : I, Oktober 2022
Deskripsi : xiv, 239 hlm.; 13×19 cm
Harga : Rp 54.900

Sinopsis

Buku ini, dengan judul Pluralisme Agama: Dari Pandangan Hidup ke Praktik Kehidupan, menguak itu semua. Diberi judul demikian sebab pluralisme agama yang lahir dari rahim sejarah kelam masyarakat Barat dengan agamanya ketika berhadapan dengan pluralitas, dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi worldview atau pandangan hidup, dan dipaksakan untuk diimplementasikan dalam balutan pendekatan dan advokasi ke dalam rumah tangga Islam. Ajaran Islam dan praktik-praktik keagamaannya direduksi, didistorsi, dan bahkan didekonstruksi karena dinilai tak sesuai dengan semangat kerukunan dan HAM. Pluralisme berhadapan atau dihadapkan secara vis a vis dengan Islam dalam bentuk yang antagonistis dan bahkan bentuk pertarungan. Ajaran spiritual dan moral Islam tidak dihiraukan. Walhasil, pluralisme agama, alih-alih ingin merukunkan umat, malah memicu dan menciptakan konflik baru.

Filsafat Ilmu

SAINS ISLAM DALAM PEMIKIRAN SEYYED HOSSEIN NASR
Penulis : Dr. Mohammad Muslih, M.Ag. & Nur Akhda Sabila, M.Ag.
Editor : Muhammad Taqiyuddin, M.Ag.
ISBN : 978-979-567-060-5
Penerbit : LESFI Yogyakarta
Cetakan : I, Oktober 2022
Deskripsi : xii, 153 hlm.; 16×23 cm
Harga : Rp 72.000

Sinopsis

Tawaran penting dalam buku ini, sejatinya mencerminkan perspektif baru dalam melihat Sains Islam sebagai agenda dan fakta historis. Khususnya, karena buku yang berada di hadapan pembaca ini menawarkan pembacaan produktif, (atau qira’ah muntijah – dalam bahasa Nasr Hamid dan Abied al Jabiri) berbasis filsafat ilmu Imre Lakatos terhadap kemungkinan pengembangan sains Islam yang bukan sekedar ayatisasi atau integrasi. Melainkan dapat memposisikan narasi ‘Islamisasi Ilmu’ sebagai suatu ‘program riset’ yang bertanggungjawab dalam melahirkan produk sains yang Islami di masa depan nanti.
Ini tentu menjadi salah satu bagian dari kontribusi penulis, yakni assoc. Prof. Dr. Mohammad Muslih, M.Ag dan Nur Akhda Sabila, MAg. dalam melihat secara kritis perkembangan tradisi intelektual Islam di masa kini dari segi produktivitasnya; serta kemampuan responnya atas perkembangan sains modern. Upaya ini didukung dengan kerja keras keduanya dalam melihat kembali literatur karya Seyyed Hossein Nasr yang secara khusus menawarkan paradigma Sains Suci (Scientia Sacra) di era modern ini.

 

Pendidikan Antikekerasan Terhadap Anak

PENDIDIKAN ANTIKEKERASAN TERHADAP ANAK (Perspektif Spiritual)
Penulis : Indah Mardatilla & Waryani Fajar Riyanto
ISBN : 978-623-99614-2-8
Penerbit : Laksbang Yogyakarta
Cetakan I : Juli 2022
Deskripsi : lxiv, 325 hlm.; 16×23 cm.
Harga POD: Rp 156.000,-

Sinopsis

Budaya masyarakat telah beranjak dari masyarakat petani ke masyarakat industri, dan kini ke masyarakat informasi. Terbentuknya kultur dan struktur informasi yang menyajikan perilaku dan tindak kekerasan terhadap anak di suatu lembaga pendidikan (sekolah), antara lain disebabkan oleh pendangkalan nilai spiritualitas atau despiritualisasi pendidikan. Nilai-nilai spiritual yang berbasis visi kenabian (profetik) mulai tercerabut dari sistem pendidikan (Islam). Sementara itu, yang ditonjolkan adalah egoisitas relasi oposisi biner (senior-yunior) yang cenderung militeristik. Karena itu, paradigma bipolar harus dikubur dalam-dalam di lingkungan pendidikan sekolah dan diubah menjadi paradigma multipolar. Semua warga sekolah, orang tua, dan pemerintah pada dasarnya merupakan subjek-subjek pendidikan yang perlu saling bermitra, bekerjasama, dan bersinergi untuk merealisasikan tujuan pendidikan antikekerasan.
Ada tiga masalah pokok yang akan dikaji dalam buku ini: Pertama, bagaimanakah prinsip-prinsip dasar model pendidikan antikekerasan perspektif spiritual, yang dapat menghindarkan diri dari tindak dan perilaku kekerasan? Kedua, bagaimanakah membangun paradigma baru model pendidikan antikekerasan (antibullying) terhadap anak? Ketiga, bagaimanakah model-model kebijakan pendidikan antikekerasan (antibullying) terhadap anak yang seharusnya diambil oleh sekolah, orang tua, dan pemerintah?
Dalam bukunya yang berjudul Tarbiyyatuna ar-Ruhiyyah, Sa‘id Hawwa telah mendasarkan salah satu prinsip pendidikan spiritualnya kepada surat Ali ‘Imran (3) ayat 159. Sa‘id Hawwa menegaskan bahwa objek penelitian tentang jiwa terdiri atas: ruh (integralitas), qalb (spiritualitas), ‘aql (intelektualitas), nafs (emosionalitas), dan jasad (empirisitas). Pendidikan spiritual (tasawuf/tarekat) ala Sa‘id Hawwa memiliki tiga konsep dasar, yaitu: guru (syaikh), murid (abna’), dan kurikulum. Selain prinsip-prinsip pendidikan spiritual yang telah ditawarkan oleh Sa‘id Hawwa seperti tersebut di atas, pendidikan profetis-transendentalis ala Kuntowijoyo, yang mengajarkan antikekerasan, juga dapat dijadikan sebagai kerangka teori alternatif bagi gagasan tentang model pendidikan antikekerasan. Bedanya, jika Hawwa menggunakan istilah ruhiyyah, Kuntowijoyo menggunakan istilah transendental, maka penulis menggunakan istilah spiritual.
Ada tiga sumbangan keilmuan dalam buku ini: Pertama, menawarkan empat prinsip utama model pendidikan antikekerasan (antibullying), yaitu: prinsip humanisasi (rahmah); prinsip spiritualisasi (qalb); prinsip empati (fa‘fu’anhum); dan prinsip negosiasi (wa syawirhum). Kedua, menggagas paradigma baru model pendidikan antikekerasan (antibullying) terhadap anak yang penulis sebut sebagai paradigma pendidikan sufistik pentadik-integralistik. Ketiga, mengusulkan prinsip-prinsip kebijakan pendidikan antikekerasan (antibullying) terhadap anak yang terintegrasi di Indonesia, kepada ketiga pihak berikut ini, yaitu: sekolah, orang tua, dan pemerintah.